Studi Kitab Syarh Hadis Al Muntaqo

Image
  1. A. Biografi
Nama lengkapnya adalah Khalaf bin Sulaiman bin Sa’d atau Sa’id atau Sa’dun bin Ayyub, al-Qadhi Abu al-Walid al-Tujaybi al-Andalusi al-Qurthubi al-Baji al-Tamimi al-Adz Dzahabi al-Maliki (403-474), “salah satu Imam dari kaum Muslimin”, kata ahli hukum dan Mutakallimin, sastrawan, penyair, “pendebat yang terampil, penulis dalam banyak ilmu, memiliki banyak pengetahuan.
Al-Baji bekerja di berbagai waktu sebagai penjaga dan tukang emas untuk menghidupi dirinya sendiri. Dia melakukan ibadah haji empat kali dan tinggal cermat dalam mengajar pengetahuan : di Mekah selama tiga tahun dengan Abu Dzar Al-Harawi, lalu Baghdad dimana ia ditemani Abu al-Thayyib al-Thabari dan Abu Ishaq al-Syirazi. Kemudian dia belajar di bawah Abu Ja Jauh al-Samani dan Ibn al-Baqilanni. Kekayaannya meningkat dengan cepat setelah ia kembali ke Andalusia dan menjadi sarjana dan guru kepala. Qadhi Abu Ali bin Sakra berkata :”Aku tidak pernah melihat sepertinya atau sesuatu yang seperti penampilannya, keagungan-Nya, dan martabat dari pertemuan. Dia adalah salah satu dari idamam kaum muslimin. Beliau wafat pada tahun 474 H di Mariyyah, dan ilmunya sangat berguna dikalangan masyarakat pada masa ia hidup. Ada juga yang mengatakan beliau wafat pada tahun 494 H. dan ada juga yang berpendapat beliau wafat di Mariyah pada bulan Rajab, di usia 71 tahun.[1] Pada literratur lain ditemukan bahwa beliau lahir pada hari selasa pada pertengahan bulan Dzulqadah tahun 403 didaerah b,,,,, lalu kemudian kakenya pidah ke Andalusia Namun tidak banyak yang mengetahui mengenai kehidupan masa kecilnya. dan ketika ia besar Abu walid berpindah ke daerah perbatasan Andalusia untuk belajar dengan AL-Qurthubi. Selepas itu beliau kembali berpindah ke daerah Masyruk dan meneruskan belajarnya dengan para Ulama, dan itu adalah perjalannan keduanya dalam menuntut ilmu. Diantara Guru-Guru Beliau yang terkenal adalah Yunus Bin Abdullah bin Mugits, Abu Umar al-Ma’afari, Abu bakar Khalaf bin Ahmad al-Ruhi Al-Anshari, Abi Abddullah Muhammad bin Ismail, Abi Umar Ahmad bin Al-Asbagh bin Dirham Al-Qadhi, Abu Bakar Muhammad bin Hasan Abi Syakir bin Muhammad al-Qabari, Abu Muhammad AL-Maki bin Abi Thalib.[2] Kehidupan Abu Walid dapat digaris besarkan menjadi 3 masa yaitu: Masa pertama Masa kehidpuannya di Andalusia dimulai dari kelahirannya sampai kepada ia berhijrah ke Masyruk dan pada masa ini beliau belajar pada bebarapa ulama di Andalusia dan masa ini berakhir sampai beliau berumur 23 tahun. Masa kedua Masa ini dimulai ketika ia berpindah ke daerah setelah masyruk dan disanalah beliau berguru kepada berbagai ulama dan masa ini berlangsung selama 13 tahun. Masa ketiga Yaitu masa kembalinya Abu Walid ke Andalusia pada usia 35 tahun, pada masa ini barulah terlihat kemampuan dan kemahirannya dalam mempelajari agama Islam dan pada masa ini beliau sudah banyak mengajar dan menulis karya-karyanya. Berikut adalah perjalanan Abu walid dalam menuntut Ilmu:
Kota
Masa belajar
Guru
Madinah
3 tahun
Abu Dzar Abd bin Ahmad
Abu Bakr Al-Mathwi
Ibn Skhahar
Ibu Abi Mahmud
Ibn Mahruz Al-Waraq
Ibn Shihnun
Baghdad
3 tahun
Abu Fadl bin Amruz
Abu Al-Thayib Imam Syafi’i
Abu Ishaq al-syarazi
Abu Abdullah Hasan bin Ali
Abu aBdullah Muhammad bin Abdullah
Ibn Amruz Al-Barazi
Abu Al-Qasim Abdullah bin Ahmad
Abu Thalib bin Ghilan
Kufah
Abu Al-Qasim abdul wahid Bin Burhan
Al-Mausul
1 tahun
As-Sakn bin Jami’ As-Saidowi
Ali bin Musa al-Sasari
Abu Thalib umar Bin Ibrahim Az-Zuhri
Mesir
Abu Muhammad bin Walid
Abu bakr Al-Khatib Al-Baghdadi
Diantara karya Abu Walid adalah :
  1. Kitab Al-Muntaqa syarh al-Muwattha
  2. Kitab Al-ma’ani syrh Al-Muwatha
  3. Al-Isyarat fi usul al-fiqh
  4. Al-Hudud fi al-Ushul
  5. Al-ima’ fi al-fiqh
  6. Al-Mukhtasar al-Muhtadhar fi Masa’il al-Mudunah
  7. Ikhtilaf Al-Muwattha
  8. Al-ta’dil wa al-Tajrih fiman ruwiya anhu al-Bukhari si al-shahih
  9. Al-Tasdid ila ma;rifati al-tauhid
  10. Ahkam al-fusul fi ahkam al-ushul
  11. Syrah al-Minhaj
  12. Al-sunan al-shahihain wa al-sunan al-abidin
  13. Al- sabil al-Muhtadin
  14. Furuq al-fuqaha
  1. B. Latar Belakang Penulisan Kitab
Kitab yang dibahas oleh al-Baji dalam Syarah al-Muwattha ini, adalah sebuah kitab yang tidak bisa dikumpulkan oleh kebanyakan orang, dan juga memiliki tingkatan yang sangat sulit, apalagi bagi orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan mendalam dan tidak jelas, sehingga pengetahuan terhadap kitab tersebut dapat membodohi dan juga membingungkannya dikarenakan kebanyakan berbagai masalah dan maknanya yang menyulitkan pemahaman dan juga pemahamannya. Abu Walid menyatakan bahwa “saya meringkas kitab ini berupa ucapan yang mempunyai makna-makna yang dikandung dalam kitab ini berhubungan dengan masalah-masalah tersebut, sebagaimana yang terdapat dalam kitab al-Muwwata’ itu untuk dijadikan sebagai penjelas dan juga peringatan atas apa-apa yang dikeluarkan/disebutkan dari masalah itu dan mengisyaratkan kepada pemberian hukum terhadap masalah tersebut”.
  1. C. isi kitab
Dikarenakan kitab ini adalah kitab Hadits yang bersistematika fiqih, maka isi dari kitab al-Muntaqa ini sebagaimana halnya kitab Muwattha, sebagaimana yang akan disebutkan di bab dan sub bab dibawah ini:
No.
Nama kitab
Jumlah bab
Wuqut Al-Shalah 10
Thaharah 53
Al-Nida’ Li al-Shalah 153
Al-Janaiz 24
Al-Zakah 50
Al-Shiyam 31
Al-I’tikaf 12
Al-Haj 133
Al-Jihad 28
Al-Nadur wa al-Iman 14
Al-Dhahaya 7
Al-Dzabaih 5
Al-Shaid 9
Al-‘Aqiqah 4
Al-Faraid 20
Al-Nikah 37
Al-Thalaq 55
Al-Radha 4
Al-Buyu’ 80
Al-Qarad 15
Al-Musaqah 3
Kara’ al-Ard 3
Al-Syaf’ah 4
Al-Aqhdiyah 66
Al-‘itq wa al-Wala 20
Al-Makatib 16
Al-Mudabir 7
Al-Hudud 18
Al-Asyribah 7
Al-Uqul 37
Al-Qasamah 6
Al-Jami’ 110
                Sistematika penulisan Al-Muntaqa’ Muhammad ‘Abdul Qadir ketika mentahqiq kitab al Muntaqa mengatakan di muqadimahnya bahwa al Baji mengikuti cara dengan:[3]
  1. Mengeluarkan ayat al Qur’an al Karim sebagaimana mushaf syarif
  2. Mengeluarkan Hadis dari kitab sunnah
  3. Mengeluarkan pandangan pendapat imam Malik bin Anas yang bersumber dari bahan rujukan rujukan fiqh(kitab)
  4. Memberikan garis (Syakal), dan menguatkan nash-nash yang ada, dan meletakan alamat-alamat penulisan disemua kitab ayang ada
  5. Mencari makna yang gharib dengan kamus
  6. Memberikan angka hadits-hadits dan pengaruhnya yang datang dengan nash tersebut
  7. Memberikan pendahuluan pada kitab ini sebagaimana yang ada dibawah ini:
    1. Terjemahan Imam Abu Walid Sulaiman bin Khalaf al-Baji
    2. Terjemahan Imam Malik bin Anas, dan menyebutkan juga kita al-Muwattha
    3. Menyebutkan perawi-perawi yang ada dalam al-Muwatha
    4. Menyebutkan penulisan kitab Muwatha
    5. Menyebutkan syarah-syarah al-Muwattha
    6. Menyebutkan syarah-syarah yang gharib (belum diketahui dengan jelas maknanya)
    7. Menyebutkan rijal-rijal Muwattha
Dan juga didalamnya terdapat bab tentang pengertian hadits-hadits Mursal, Musnad, Munqati, Mutasil, Mauquf dan juga makna tadlis. D. Metode Penyusunan Kitab Al Muntaqa’ Dalam sebuah karya kitab syarah hadis kita bisa menganalisa metode yang digunakan oleh penulis untuk penyusunan kitabnya, akan tetapi tidak mutlak kita mengatakan dalam satu karya kitab syarah hadis menggunakan satu metode. Hal ini bisa bisa terjadi karena bisa saja dalam satu kitab yang didalamnya sebuah hadis satu dengan lain bisa berbeda perlakuan dalam penjelasan sesuai dengan subjektifitas penulis dan juga tingkatan subtansi hadis tersebut. Selanjutnya kita menentukan metode yang digunakan juga berdasarkan ciri-ciri yang ada kemudaian dimasukkan kepada tipoligi yang ada yang bersifat analitis. Pada umumnya penulis kitab tidak ada kepentingan menuliskan metode yang digunakan. Kitab al Muntaqa’ adalah kitab syarah hadis yang mempunyai kecenderungan kepada kajian fiqh. Kecenderungan kepada kajian fiqh bisa sebabkan kitab al Muwwata’ sendiri adalah kitab hadis klasifikasinya berdasarkan hukum Islam atau abwab fiqhiyyah[4] sehingga al Baji mensyarahi al Muwwata juga menggunakan kencenderungan sehaluan. Dengan demikian kitab yang al Muntaqa’ ini menjelaskankan hadis-hadis nabi dengan memaparkan segala aspek yang meliputi hadis sesuai dengan kecenderungan dan keahalian pensyrah maka disebut metode Tahlili[5]
  1. D. Contoh dan Analisa
المنتقى - شرح الموطأ (3/ 179)
967 - حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْفَضْلِ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَيِّمُ أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا وَالْبِكْرُ تُسْتَأْذَنُ فِي نَفْسِهَا وَإِذْنُهَا صُمَاتُهَا
(MALIK - 967) : Telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdullah bin Al Fadl dari Nafi' bin Jubair bin Muth'im dari Abdullah bin 'Abbas bahwa Rasulullah Shalla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang janda itu lebih berhak memilih suami daripada walinya sedang seorang gadis harus dimintai persetujuannya, dan tanda persetujuannya adalah sikap diamnya."[6]. Seperti yang telah dipaparkan diwala bahwa
967 - ( ش ) : قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَيِّمُ أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا الْأَيِّمُ هِيَ الَّتِي لَا زَوْجَ لَهَا وَقَدْ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ زِيَادُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْفَضْلِ قَالَ الثَّيِّبُ أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا وَهُوَ قَرِيبٌ مِنْ الْأَوَّلِ إِلَّا أَنَّ لَفْظَ الْأَيِّمِ لَا يُسْتَعْمَلُ إِلَّا فِي الَّتِي لَا زَوْجَ لَهَا قَطُّ فَلَا يَنْطَلِقُ عَلَيْهَا اللَّفْظُ وَقَالَ الْقَاضِي أَبُو إِسْحَاقَ أَنَّ الْأَيِّمَ هِيَ الَّتِي لَا زَوْجَ لَهَا بِكْرًا كَانَتْ أَوْ ثَيِّبًا بَالِغًا كَانَتْ أَوْ غَيْرَ بَالِغٍ فَيَخُصُّ مِنْ ذَلِكَ الْبِكْرَ ذَاتَ الْأَبِ وَيَحْمِلُهُ عَلَى الثَّيِّبِ وَعَلَى الْبِكْرِ الْيَتِيمَةِ وَمَا تَقَدَّمَ أَظْهَرُ مِنْ جِهَةِ عُرْفِ الِاسْتِعْمَالِ وَمَعَ ذَلِكَ فَيُحْمَلُ اللَّفْظُ عَلَى عُمُومِهِ دُونَ تَخْصِيصٍ وَرِوَايَةُ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ تُؤَيِّدُ ذَلِكَ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ وَمَعْنَى كَوْنِهَا أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا أَنَّهُ لَيْسَ لَهُ إجْبَارُهَا عَلَى النِّكَاحِ وَلَا إنْكَاحُهَا بِغَيْرِ إذْنِهَا وَإِنَّمَا لَهُ أَنْ يُزَوِّجَهَا بِإِذْنِهَا مِمَّنْ تَرْضَاهُ وَلَيْسَ لَهَا هِيَ أَنْ تَعْقِدَ عَلَى نَفْسِهَا نِكَاحًا وَلَا تُبَاشِرَهُ وَلَا أَنْ تَضَعَ نَفْسَهَا عِنْدَ غَيْرِ كُفْءٍ وَلَا أَنْ تُوَلِّي ذَلِكَ غَيْرَ وَلِيِّهَا فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا حَقٌّ فِي عَقْدِ النِّكَاحِ وَوَجْهُ كَوْنِهَا أَحَقَّ بِهِ أَنَّهَا إِنْ كَرِهَتْ النِّكَاحَ لَمْ يَنْعَقِدْ بِوَجْهٍ وَإِنْ كَرِهَهُ الْوَلِيُّ وَرَغِبَتْهُ الْأَيِّمُ عُرِضَ عَلَى الْوَلِيِّ الْعَقْدُ فَإِنْ أَبَى عَقَدَهُ غَيْرُهُ مِنْ الْأَوْلِيَاءِ أَوْ السُّلْطَانُ فَهَذَا وَجْهُ كَوْنِهَا أَحَقَّ بِهِ مِنْ وَلِيِّهَا
( فَصْلٌ ) وَقَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْبِكْرُ تُسْتَأْذَنُ فِي نَفْسِهَا . قَالَ ابْنُ الْقَاسِمِ وَابْنُ وَهْبٍ وَعَلِيُّ بْنُ زِيَادٍ عَنْ مَالِكٍ فِي الْمُدَوَّنَةِ يُرِيدُ الْبِكْرَ الَّتِي لَا أَبَ لَهَا لِأَنَّهَا هِيَ الَّتِي تُسْتَأْذَنُ وَقَدْ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ زِيَادُ بْنُ سَعْدٍ فَقَالَ فِيهِ وَالْبِكْرُ يَسْتَأْذِنُهَا أَبُوهَا وَصَوَابُ هَذَا الْحَدِيثِ مَا رَوَاهُ مَالِكٌ وَقَدْ تَابَعَهُ عَلَيْهِ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا إمَامٌ إِذَا انْفَرَدَ قَوْلُهُ غَلَبَ قَوْلُهُ عَلَى قَوْلِ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ فَكَيْفَ إِذَا اتَّفَقَا عَلَى خِلَافِهِ وَقَدْ رَوَاهُ صَالِحُ بْنُ كَيْسَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْفَضْلِ فَقَالَ فِيهِ وَالْيَتِيمَةُ تَسْتَأْمِرُ وَهُوَ أَثْبَتُ مِنْ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ وَقَوْلُهُ أَيْضًا أَوْلَى مِنْ جِهَةِ النَّظَرِ وَلَعَلَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْفَضْلِ لِعِلْمِهِ بِالْمُرَادِ بِهِ كَانَ مَرَّةً يَقُولُ وَالْبِكْرُ تَسْتَأْذِنُ وَمَرَّةً يَقُولُ وَالْيَتِيمَةُ تَسْتَأْمِرُ وَقَدْ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ شُعْبَةُ عَنْ مَالِكٍ فَقَالَ فِيهِ وَالْيَتِيمَةُ تَسْتَأْمِرُ وَوَجْهٌ آخَرُ وَهُوَ أَنَّهُ قَدْ رُوِيَ عَنْ زِيَادَةَ بْنِ سَعْدٍ وَالْبِكْرُ تَسْتَأْذِنُ بِمِثْلِ رِوَايَةِ مَالِكٍ وَوَجْهٌ ثَالِثٌ وَهُوَ أَنَّا لَوْ سَلَّمْنَا صِحَّةَ رِوَايَةِ زِيَادٍ لَحَمَلْنَا عَلَى الْبِكْرِ الْمُعَنَّسَ وَيَجُوزُ أَنْ يُحْمَلَ عَلَى الِاسْتِئْذَانِ الْمَنْدُوبُ إِلَيْهِ
( مَسْأَلَةٌ ) إِذَا ثَبَتَ ذَلِكَ فَاَلَّتِي تُسْتَأْذَنُ هِيَ الْبِكْرُ الْبَالِغُ قَالَهُ سَحْنُونٌ فِي الْمُدَوَّنَةِ لِأَنَّ غَيْرَ الْبَالِغِ لَا إذْنَ لَهَا فَالْإِنْكَارُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ بِكْرٌ بَالِغٌ تُنْكَحُ وَتُسْتَأْذَنُ وَهِيَ الَّتِي ذَكَرَ أَنَّهُ يُزَوِّجُهَا وَصِيُّهَا أَوْ وَلِيُّهَا وَبِكْرٌ لَا تُنْكَحُ وَلَا تُسْتَأْذَنُ وَهِيَ الْيَتِيمَةُ الَّتِي لَمْ تَبْلُغْ الْمَحِيضَ فَإِنَّ الْيَتِيمَةَ لَا تُزَوَّجُ إِلَّا بِإِذْنِهَا وَاَلَّتِي لَمْ تَبْلُغْ لَا يَصِحُّ إذْنُهَا فَلَا يَصِحُّ إنْكَاحُهَا وَهَذَا فِي ذَاتِ الْقَدْرِ قَالَ ابْنُ حَبِيبٍ لَيْسَ لِوَصِيٍّ وَلَا لِوَلِيٍّ إنْكَاحُ صَغِيرَةٍ حَتَّى تَبْلُغَ فَإِنْ فَعَلَ فُسِخَ ذَلِكَ أَبَدًا وَإِنْ طَالَ وَكَانَ الْوَلَدُ وَرَضِيَتْ بِذَلِكَ قَالَهُ مَالِكٌ وَأَصْحَابُهُ وَقَالَ ابْنُ الْقَاسِمِ فِي الْمَوَّازِيَّةِ يُفْسَخُ إِلَّا أَنْ يَتَقَادَمَ بَعْدَ الْبِنَاءِ فَيَمْضِي وَقَالَ أَصْبَغُ حَتَّى يَتَقَادَمَ وَتَلِدَ الْأَوْلَادَ وَلَمْ يَرَ التَّمَادِي عَشَرَةَ أَشْهُرٍ طُولًا مَعَ الْوَلَدِ
( مَسْأَلَةٌ ) وَأَمَّا الْمُحْتَاجَةُ فَفِي الْعُتْبِيَّةِ عَنْ مَالِكٍ لَا تُزَوَّجُ حَتَّى تَبْلُغَ الْمَحِيضَ وَرُوِيَ عَنْهُ فِي بِنْتِ عَشْرِ سِنِينَ تَطُوفُ وَتَسْأَلُ النَّاسَ زُوِّجَتْ فِي غَنِيٍّ بِرِضَاهَا وَوَلَّتْ أَمْرَهَا رَجُلًا فَأَجَازَهُ مَالِكٌ وَلَمْ يُجِزْهُ فِي الصَّغِيرَةِ قَالَ سَحْنُونٌ فِي الْعُتْبِيَّةِ وَهِيَ رِوَايَةٌ ضَعِيفَةٌ
( فَصْلٌ ) وَبِكْرٌ تُنْكَحُ وَلَا تُسْتَأْذَنُ وَهِيَ الْبِكْرُ ذَاتِ الْأَبِ فَإِنَّ الْأَبَ يُجْبِرُهَا عَلَى النِّكَاحِ دُونَ إذْنِهَا وَإِنْ اسْتَأْذَنَهَا فَحَسَنٌ قَالَ ابْنُ حَبِيبٍ يُسْتَحَبُّ لِلْأَبِ مُؤَامَرَةُ الْبِكْرِ وَيَذْكُرُ لَهَا الزَّوْجَ وَيَخْتَبِرُ مِنْ الْأُمِّ وَمِنْ غَيْرِهَا رِضَاهَا أَوْ كَرَاهِيَتَهَا وَرَوَى أَشْهَبُ عَنْ مَالِكٍ إِنْ شَاوَرَهَا فَحَسَنٌ وَلَهُ أَنْ لَا يَفْعَلَ
( مَسْأَلَةٌ ) وَحَدُّ الْبُلُوغِ الْمُعْتَبَرِ فِي ذَلِكَ عِنْدَ مَالِكٍ الْمَحِيضُ قَالَ ابْنُ حَبِيبٍ أَوْ بُلُوغُ ثَمَانِ عَشْرَةَ سَنَةً فَتَكُونُ كَالْبَالِغِ وَاخْتُلِفَ فِي الْإِنْبَاتِ فَقَالَ ابْنُ الْقَاسِمِ فِي الْمُحْتَاجَةِ إِنْ أَنْبَتَتْ أَوْ شَارَفَتْ زَوَّجَهَا الْوَصِيُّ أَوْ الْوَالِي بِرِضَاهَا وَقَالَهُ أَصْبَغُ مَرَّةً وَقَالَ مَرَّةً بَلْ حَتَّى تَبْلُغَ وَيُفْسَخُ قَبْلَ ذَلِكَ قَالَ ابْنُ حَبِيبٍ يُفْسَخُ قَبْلَ الْبِنَاءِ وَبَعْدَهُ وَإِنْ أَنْبَتَتْ قَالَ مُحَمَّدٌ لَا يُفْسَخُ إِذَا أَنْبَتَتْ
( فَصْلٌ ) وَقَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِذْنُهَا صُمَاتُهَا خَصَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبِكْرَ بِهَذَا الْحُكْمِ لِمَا يَغْلِبُ عَلَيْهَا مِنْ الْحَيَاءِ وَلِمَا جُبِلَ عَلَيْهِ أَكْثَرُهُنَّ مِنْ الِامْتِنَاعِ عَنْ النُّطْقِ بِذَلِكَ فَعَلَى هَذَا لَا تُسْأَلُ الْيَتِيمَةُ قَطْعًا بِالرِّضَا رَوَاهُ مُحَمَّدٌ وَغَيْرُهُ عَنْ مَالِكٍ وَحَكَى الإسفراييني أَنَّ ذَلِكَ عَلَى وَجْهَيْنِ عِنْدَهُمْ أَحَدُهُمَا أَنَّ ذَلِكَ فِي ذَاتِ الْأَبِ وَالْجَدِّ وَأَمَّا الْيَتِيمَةُ فَإِنَّهَا لَا بُدَّ لَهَا مِنْ النُّطْقِ بِالرِّضَا وَالدَّلِيلُ عَلَى مَا نَقُولُهُ مَا رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا تُنْكَحُ الْأَيِّمُ حَتَّى تُسْتَأْمَرَ وَلَا تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ إذْنُهَا ؟ قَالَ أَنْ تَسْكُتَ فَوَجْهُ الدَّلِيلِ مِنْ الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ وَلَا تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ وَاَلَّتِي لَا تُنْكَحُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ مِنْ الْأَبْكَارِ هِيَ الْيَتِيمَةُ
( مَسْأَلَةٌ ) وَصُمَاتُ الْبِكْرِ يَقْتَضِي رِضَاهَا كَمَا لَوْ أَقَرَّتْ بِهِ فِي رِوَايَةِ ابْنِ الْقَاسِمِ عَنْ مَالِكٍ وَفِي الْمُدَوَّنَةِ وَقَالَ غَيْرُهُ مِنْ رِوَايَةِ مَالِكٍ وَذَلِكَ إِذَا كَانَتْ تَعْلَمُ أَنَّ السُّكُوتَ رِضًا وَظَاهِرُ هَذَا يَقْتَضِي أَنَّهُ شَرَطَ فِي ذَلِكَ غَيْرَ أَنَّ أَكْثَرَ أَصْحَابِنَا تَأَوَّلُوا ذَلِكَ عَلَى وَجْهِ الِاسْتِحْبَابِ وَقَدْ اسْتَحَبَّ مَالِكٌ مِنْ رِوَايَةِ ابْنِ الْمَاجِشُونِ أَنْ تَعْلَمَ الْبِكْرُ أَنَّ إذْنَهَا صُمَاتُهَا لِئَلَّا تَجْهَلَ ذَلِكَ فَتَصْمُتُ فِي الْكَرَاهِيَةِ قَالَ الشَّيْخُ أَبُو إِسْحَاقَ يُقَالُ لَهَا ثَلَاثُ مَرَّاتٍ إِنْ رَضِيت فَاصْمُتِي وَإِنْ كَرِهْت فَانْطِقِي وَقَالَ الْقَاضِي أَبُو مُحَمَّدٍ فِي مَعُونَتِهِ وَلَيْسَ ذَلِكَ بِشَرْطٍ فِي صِحَّةِ الْإِذْنِ قَالَ عَبْدُ الْمَلِكِ فِي كِتَابِ ابْنِ الْقُرْطُبِيِّ وَيُطِيلُوا الْقِيَامَ عِنْدَهَا قَلِيلًا وَمَعْنَى ذَلِكَ أَنْ لَا تَبْهَتَ وَتَخْجَلَ فِي دُخُولِهِمْ عَلَيْهَا فَيَمْنَعُهَا مِنْ الْمُسَارَعَةِ إِلَى الْإِنْكَارِ فَيُطَالُ الْمَقَامُ عِنْدَهَا قَلِيلًا لِتَسْتَدْرِكَ مَا تُرِيدُهُ وَأَمَّا الْبِكْرُ الَّتِي لَا أَبَ لَهَا يُزَوِّجُهَا وَلِيُّهَا بِغَيْرِ إذْنِهَا فَيُبَلِّغُهَا فَتَسْكُتُ قَالَ ابْنُ الْقَاسِمِ فِي الْمُدَوَّنَةِ لَا يَكُونُ سُكُوتُهَا رِضًا وَوَجْهُ ذَلِكَ عِنْدِي أَنَّ رِضَاهَا فِي هَذِهِ الْحَالِ بِمَنْزِلَةِ الْإِذْنِ لِوَلِيِّهَا فِي إنْكَاحِهَا وَذَلِكَ لَا يَكُونُ إِلَّا بِالنُّطْقِ
( مَسْأَلَةٌ ) قَالَ الشَّيْخُ أَبُو إِسْحَاقَ إِنْ قَالَتْ لَا . لَمْ يَعْقِدْ عَلَيْهَا وَإِنْ قَالَتْ قَدْ رَضِيت جَازَ ذَلِكَ قَالَهُ الْقَاضِي أَبُو مُحَمَّدٍ وَرَوَى مُحَمَّدٌ عَنْ مَالِكٍ أَنَّ إنْكَارَهَا بِالْقَوْلِ دُونَ الصَّمْتِ وَقَالَ الشَّيْخُ أَبُو الْقَاسِمِ أَنَّهَا إِنْ نَفَرَتْ أَوْ بَكَتْ أَوْ قَامَتْ أَوْ ظَهَرَ مِنْهَا مَا يَدُلُّ عَلَى كَرَاهِيَةِ النِّكَاحِ فَلَا تُنْكَحُ مَعَ ذَلِكَ .[7]
Contoh sebagian syarah al Muntaqa’ yang menggunakan singkat dan lugas(ijmali):
16 - حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُولُ دُلُوكُ الشَّمْسِ مَيْلُهَا
(MALIK - 16) : Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Nafi', Abdullah bin Umar berkata; "Maksud dari 'dulukus syamsi' (pergeseran matahari) adalah tergelincirnya."
16 - ( ش ) :قَوْلُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ حُجَّةٌ فِي اللُّغَةِ لِأَنَّهُ مِنْ أَهْلِ اللِّسَانِ مَعَ مَا يَنْضَافُ إِلَى ذَلِكَ مِنْ الْعِلْمِ بِالشَّرِيعَةِ وَصُحْبَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالدِّينِ وَالْوَرَعِ وَإِذَا كَانَ يُحْتَجُّ بِقَوْلِ امْرِئِ الْقَيْسِ وَالنَّابِغَةِ فِي اللُّغَةِ فَبِأَنْ يُحْتَجَّ بِقَوْلِهِ أَوْلَى وَالْمَيْلُ بِتَسْكِينِ الْيَاءِ فِيمَا لَيْسَ بِخِلْقَةٍ ثَابِتَةٍ يُقَالُ مَالَتْ الشَّمْسُ مَيْلًا وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَأَمَّا الْخَلْقُ وَالْأَجْسَامُ فَبِفَتْحِ الْيَاءِ يُقَالُ فِي أَنْفِهِ مَيَلٌ وَفِي الْحَائِطِ مَيَلٌ[8]
Ketika kami sedikit mengamati contoh diatas maka setidaknya yang dapat kami tangkap adalah bahwa syarah ini memberikan pemaparan yang kuat dengan bil Ma’stur dan beberapa menyebut kitab rujukan sperti contoh kasus diatas menyebutkan rujukan kepada kitab al Mudawwanah dan tidak hanya menerangakan satu sisi pandangan. Kitab ini sedikit lebih leluasa walaupun dengan model fiqh namun tidak menitik beratkan pada satu aliran.
  1. E. Pendapat Ulama dan Kekurangan Maupun Kelebihan
penilaian ulama terhadap beliau, merupakan salah satu imam hadits yang terkenal pada masanya dan juga dikalangan umat dikala beliau hidup. Beliau adalah merupakan salah satu ulama Andalusia yang terkenal, pernyataan ini dikatakan oleh Ibnu Khalkan. Dan berkata Ali bin Abi Sakrah :”saya tidak melihat seorang yang begitu pintar dibidangnya kecuali hal itu terdapat pada al-Baji. Kitab yang dibahas oleh al-Baji ini adalah sebagai syarah al-Muwattha dan al-Muwatha merupakan kitab yang dekat dengan al-Quran dalam setiap pembahasannya. Dan mempunyai kelebihan tersendiri dari kitab al-Muwatha yang dikarang oleh Imam Malik.[9] Ketika dibandingkan dengan kitab syarah al Muwwata’ lainnya, maka kitab ini menjadi pilihan jika dilihat dari kelengkapannya. Dan menjelaskan terjadinya pertentanngan atau ta’arud kemudian di masukkan beberapa tanggapan ulama. Ini tadi merupakan beberapa dari kelebihan kitab Al Muntaqo. Sedang kekurangan dari kitab tersebut adalah tidak ada biografi penulis, tidak terdapat muqadimah dari pensyarah, pembahsannya terlalu panjang dan berbelit-belit. [10]
  1. F. Kesimpulan
Kitab Al-Muntaqa yang merupakan syarah al-Muwattha dan al-Muwatha merupakan kitab yang dekat dengan al-Quran dalam setiap pembahasannya. Kitab ini ditulis oleh Al-Baji, yang dijuluki oleh ahli hukum dan Mutakallimin, sastrawan, penyair sebagai “pendebat yang terampil, penulis dalam banyak ilmu, memiliki banyak pengetahuan”. Kitab Al-Muntaqa ini tergolong dalam kitab yang sangat sulit dan membingungkan apalagi untuk orang yang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam. Kitab ini adalah kitab Hadits yang bersistematika fiqih, maka isi dari kitab al-Muntaqa ini sebagaimana halnya kitab Muwattha, tema pembahasan dari bab dan sub bab merupakan sebagaimana yang ada dalam kitab-kitab fiqh. Kitab al Muntaqa’ yang merupakan kitab syarah hadis memiliki kecenderungan kepada kajian fiqh bisa sebabkan kitab al Muwwata’ sendiri adalah kitab hadis klasifikasinya berdasarkan hukum Islam atau abwab fiqhiyyah. Sehingga al Baji mensyarahi al Muwwata juga menggunakan kencenderungan sehaluan. Dengan demikian kitab yang al Muntaqa’ ini menjelaskankan hadis-hadis nabi dengan memaparkan segala aspek yang meliputi hadis sesuai dengan kecenderungan dan keahalian pensyrah maka disebut metode Tahlili. Dari beberapa contoh yang terdapat dalam kitab Al-Muntaqa, dapat disimpulkan bahwa syarah ini memberikan pemaparan yang kuat dengan bil Ma’tsur dan tidak hanya menerangkan satu sisi pandangan. Walaupun kitab Al-Muntaqa sedikit lebih leluasa dengan model fiqh, namun pembahasan tidak menitik beratkan pada satu mazhab tertentu. Dalam kitab Al-Muntaqa, tidak mutlak menggunakan satu metode. Hal ini bisa terjadi karena bisa saja menyesuaikan dengan subjektifitas penulis dan juga tingkatan subtansi hadis tersebut.

[1] Al Baji, Al Muntaqa Syarh Al Muwwata’ Malik(Beirut:Dar al Kotob al Ilmiyah,1999),juz 1.hlm 6-7. Lihat juga Al Fatih.S, Metodologi Syarah Hadis.hlm.169 Nurun Najwah,Studi Kitab Hadis(Yogyakarta:Teras) http://www.sunnah.org/history/Scholars/al-baji.htm diakses pada 12 February 2014 12:59.
[2] Abu-Walid-Albaji-his-life-and-his-scientific-arguments.pdf.
[3] Al Baji, Al Muntaqa Syarh Al Muwwata’ Malik(Beirut:Dar al Kotob al Ilmiyah,1999),juz 1.hlm 6-7. Lihat juga Al Fatih.S, Metodologi Syarah Hadis.hlm.169
[4] Nurun Najwah,Studi Kitab Hadis(Yogyakarta:Teras,2009).hlm.13
[5]Al Fatih.S, Metodologi Syarah Hadis(Yogyakarta:SUKA-press,2012).hlm.xiv
[6] Lidwa pustaka, bab Nikah (meminta persetujuan gadis dan janda) hadits no. 967
[7],Maktabah Syamilah versi 347 .juz 3 Hlm.179 no. hadits 967
[8] Maktabah Syamilah versi 347 .juz 1 Hlm.18 no. hadits 16
[9] Fatih.S, Metodologi Syarah Hadis.hlm.167
[10] Al Fatih.S, Metodologi Syarah Hadis.hlm.179
Share this article :
 
Comments
0 Comments

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2015. JOGJA MAWON - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger