Manusia dalam beragama tentunya tidak lepas dari sebuah nilai, nilai baik dan buruk. Dalam agama Islam sendiri nilai baik sering dikaitkan erat dengan balasan pahala-pahala dan perbuatan buruk cenderung dikait eratkan dengan dosa. Agama dalam lingkup sosial membuat tatanan masyarat dengan cara menyuru hal yang baik dan meninggalkan segala hal keburukan, dari senilah makalah ini dirasa perlu untuk memparkan secara mendasar apa itu kebaikan dan dosa.
BAB I
PEMBAHASAN
A. Matan Hadis
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maimun; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi dari Mu'awiyah bin Shalih dari 'Abdur Rahman bin Jubair bin Nufair dari Bapaknya dari An Nawwas bin Mis'an Al Anshari dia berkata; "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang arti kebaikan dan dosa. Sabda beliau: "Kebaikan itu ialah budi pekerti yang baik. Sedangkan dosa ialah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada, dan engkau sendiri benci jika perbuatanmu itu diketahui orang lain.” (H.R MUSLIM Bab Tafsir Kebaikan dan Dosa No 4632)
B. Takhrij [1]
No
KITAB
BAB
NO HADIS
1
Shahih Muslim
Tafsir kebaikan dan dosa
4632,4633
2
Sunan Tirmidzi
Kebaikan dan dosa
2311
3
Musnad Ahmad
Hadis an Nawas Bin Sam’an al Kilabi al Anshari Radliyallahu ta’ala
16973, 16974, 16975
4
Sunan Darimi
Kebaikan dan dosa
2845
C. Tahqiq
Dalam hadis Sunan Tirmidzi no 2311 akhir hadis disertakan penilaian kualitas hadis dari Abu Isa sebagai berikut ” قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ” dan argumen lain adalah karena hadis ini Masuk pada kitab Shohih Muslim.
D. Mufrodat
الْبِرُّ : kebaikan
الْإِثْمُ :dosa
الْخُلُقِ: karakter,watak
حَاكَ : menggugat, mencoba, menilai, mengadili, menghukum
E. Asbabul Wuruj
Mengenai asbabul wuruj ini, berdasarkan pencarian pemakalah belum ditemukan,akan tetapi secara tidak langsung Hadis ini disabdakan bekenaan dengan datangnya pertanyaan dari sahabat kepada Nabi sebagai berikut “Diriwayatkan dari Wabishah ibnu Ma’ad r.a bahwa dia berkata, Aku telah datang kepada Rasulullah saw, lalu Beliau saw . “Apaka kalian datang untuk bertanya tantang kebaikan?” Aku berkata “Ya” Beliau saw bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu, kebaikan itu adalah perkakara yang menyebabkan ketentranman jiwa dan hatimu, dan dosa adalah perkara yang meresahkan jiwa dan menyababkan keraguan-raguan dalam hatimu, walaupun orang lain memberi fatwa kepadamu”[2]
F. Syarah Hadis[3]
Hadis tentang kebaikan dan keburukan diatas menjelaskan bahwa sebagian besar dari kebaikan adalah akhlaq yang baik, dan kebalikan darinya adalah kedurhakaan dan dosa. Oleh karena itu setelah kata al birru (kebaikan) diikuti dengan kata al itsmu(dosa) sebagai lawan kata tersebut. Dan al birru dengan makna kebaikan ini merupakan ibarat dari perkara yang dituntut oleh syara, baik itu wajib maupun sunah. Dosa juga suatu yang ibarat dari perkara yang dilarang oleh syara. Kadang-kadang al birru lawan kata dari kata ‘uquuq(kedurhakaan). Jika demikian kata birr(kebaikan) adalah ibarat ikhsan( berbuat kebaikan), sebaimana kata ‘uquuq ibarat isaa-at(berbuat kejelekan)
Sabda Nabi saw,”Dosa adalah perkara yang meresahkan jiwa dan tidak ingin dilihat oleh orang lain”. Hal ini menyatakan bahwa jiwa pada fitrahnya mempunyai suatu pengetahuan . jiwa mengetahui pekara akibatnya terpuji maupun akibatnya tercela. Akan tetapi ketika nafsu mengalahkan jiwa fitrah, maka nafsunya akan menetabkan melakukan perkara yang membahayakan dan merugikan.
G. Kontekstualisasi
Secara bahasa al birr berarti kebaikan. Bahkan sebagian ulama mendefinisikan al birr ini dengan dengan al birr sebuah nama atau istilah yang mencakup segala kebaikan. Sehingga seluruh dari kebaikan akan tercakup dalam makna kata al birr, diantara maknanya alalah hubb, ketaatan, kelembutan dan lain sebaginya. Al Qur’an sendiri setidaknya menggunakan kata al birr 18 kali kata ini disebut.[4]
Dosa seperti yang kita ketahui terbagi atas dua, dosa besar dan dosa kecil. Dosa kecil adalah pelanggaran hukum atas dosa yang tidak tidak diperinci sebagi dosa besar. Dosa besar adalah dosa yang secara jelas dinyatakan oleh Allah langsung bahwa itu dosa besar. Sebagian ulama berpendapat bahwa melakukan dosa kecil terus menerus dapat di golongkan menjadi dosa besar[5]. Dampak perilaku yang ditimbulkan dari dosa dalam bermasyarakat adalah sebuah kejanggalan yang kemudian semakin besar akan menimbulkan kesenjangan dan kerusakan moral. Sedangkan kebaikan akan membawa kontruksi sosial yang teratur atau selebihnya akan menciptakan apa yang banyak digagas sebagai masyarakat madani.
Kontekstualisasi dari hadis ini dapat kita tarik pada perkara umum dan biasa yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa. Secara umum perihal presensi Mahasiswa, kita sering sekali mendapati teman yang tidak bisa hadir menitipkan pesan untuk membuatkan surat bahwa sakit atau lebih parah lagi meminta kita untuk menandatangankan pada presensinya. Pada kenyataannya teman kita itu tidak sakit dan tidak menghadiri perkuliahan di kelas. Hal ini di mangsudkan menolong teman supaya dapat memenuhi persyatan mengikiti Ujian Akhir Semester, akan tetapi dengan cara berbohong. Al Qur’an menyinggung ini dlam surat al Maidah ayat 2 :
“[6]وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ”
Hal yang sama juga ketika proses ujian tengah semester maupun akhir semester idealnya mengerjakan sendiri dengan kemampuan kita punya, tidak mencontek dan menconteki. Akan tetapi kita sering membuat contekan dan bekerjasama dengan teman untuk menjawab dari soal ujian tersebut.
Pada hakikat secara jiwa fitrah kita akan meraskan perasaan yang tidak nyaman melakukan hal-hal tersebut,seperti yang dipaparkan oleh hadis diatas kita akan merasa bersalah pada diri sendiri dan tidak nyaman ketika diketehui oleh dosen dan teman kita. Sebagai solusi kita dapat membuatkan surat dengan menyatakn pada kenyataan bahwa izin kegiatan dan sebagainya,dan itu lebih dimaklumi sebagian besar oleh dosen. Begitulah yang diperintahkan Rasulullh pada Abu Dzar:
“وَأَمَرَنِي أَنْ لَا أَسْأَلَ أَحَدًا شَيْئًا وَأَمَرَنِي أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا”(H.S Ahmad no.20447)
[1] Ensiklopedia Hadis Kitab 9 Imam
[2] Syech Ahmad Al Hijazi,Al Majalisus Saniyyah terj Sofyan Suparman (Ttp:Tragenda Karya,1995).hlm, 356
[3] yech Ahmad Al Hijazi,Al Majalisus Saniyyah terj Sofyan Suparma hlm,366-360
[4] Yusni Amry.G (dkk), Ensiklopedia Al Qur’an & Hadis Pertema (Jakarta: Alita Aksara Media, 2011), hlm. 1004.
[5] Lihat Ensiklopei Islam(jakarta: Ichiar baru van hoeve, 2005)
[6] Software Al Qur’an Hadi
Perbuatan Baik dan Dosa
0 Comments